Kamis, 28 Maret 2013

Perjalanan ke Sekolah Lama

Sepuluh tahun yang lalu, aku lulus dari sekolah dasar. Aku masih ingat saat itu, aku mendapat peringkat keempat. Aku memang murid yang biasa saja. Aku pun masih ingat murid yang mendapat peringkat pertama bernama Salsa. Entah dimana dia sekarang. Yang aku kenal dulu, dia adalah orang yang pendiam dan lugu.

Memori masa laluku terputar kembali setelah membuka album foto semasa masih sekolah dasar. Wajah mereka samar – samar ku ingat. Mungkin yang terpisah jauh dengan mereka adalah aku. Saat lulus SMA, aku melanjutkan sekolahku ke Study Mesir. Mungkin tak ada lagi teman semasa SD yang mengenaliku saat ini. Postur tubuh dan wajahku berubah drastis setelah pindah ke Mesir bersama pamanku.

Teringat kembali semasa di sekolah dasar, teman – teman sering memanggilku ‘anak bawang’. Itu karena tubuhku kecil mungil dan selalu terbelakang. Lain dari itu, aku juga dipanggil ‘si cabi’, karena pipiku yang mungkin kembung dan bulat.

Ku buka sebuah kotak besar yang ada di bawah tempat tidurku. Debu – debu pun berterbangan. Mungkin karena kamarku jarang dihuni setelah aku pindah ke Mesir untuk sementara. Tak terasa, lima tahun berada di Negri Piramid itu sudah ku lewati.

Ku ambil buku bersampul merah yang terselimuti oleh debu. Mulutku tersenyum setelah membersihkan debu – debu yang tebal di sekelilingnya.

Buku Diary punya Fitri Regina Putri.
Jangan dibaca, kecuali dapat ijin dari pemiliknya!

Tulisan ‘ceker ayam’ ketika aku masih duduk di kelas empat SD sungguh membuatku tertawa sendiri. Aku kira, buku harian ini sudah dibuang oleh ibu. Tapi ternyata masih tersimpan walau dalam kondisi penuh usang. Ku harap, ibu atau adikku tidak membuka – buka setiap lembaran buku ini.

Tertawa – tertawa kecil dari mulutku. Setiap peristiwa yang terjadi di masa lalu itu teringat kembali di otakku. Sungguh kehidupan itu penuh warna.
Kali ini, aku berniat untuk berkunjung ke sekolah dasarku yang dulu. Aku masih ingat letak jalan itu. Jln.Kotaraya No.4, di pinggir jalan raya besar, dan tepat di sebelah rumah Maul, teman semasa SD-ku dulu. Aku tak tahu apakah jalannya sudah berubah atau belum.
Hari ini adalah hari libur. Mungkin sekolah dalam keadaan sepi. Segera ku bangkit dari posisi dudukku dan pergi keluar untuk berkunjung ke sekolah lamaku. Syukurlah aku masih hafal jalan – jalan yang harus ku lewati.
*  *  *
Ternyata jalannya masih belum berubah. Hanya saja bangunan masjid Jami yang dulu biasanya aku lewati bersama teman – teman itu terlihat menjadi lebih mewah dan kokoh. Pohon jambu bol yang sangat besar, yang sering menjadi tempat berteduhku dengan teman – teman semasa dulu itu masih ada. Aku jadi ingat peristiwa ketika ketika dulu, pemilik pohon itu panen. Aku dan teman – teman mengambil satu per satu buah jambu dari karung yang berisi penuh. Aku, Rahmi, Nisa, dan Ani. Lalu kami berlari sambil tertawa lepas. Anak – anak nakal! Kejadian kelas lima SD itu membuatku cengengesan sendiri. Kini, aku tak tahu sobat – sobat terdekatku itu ada dimana.

Masih peristiwa di sekitar pohon jambu bol itu. Kali ini, kelas enam SD. Yadi, teman yang paling jahil itu berulang tahun. Aku dan teman – teman melemparinya dengan lima butir telur sambil bernyanyi Happy Birthday. Sungguh peristiwa yang indah dikenang.

Pedagang warung langgananku dan teman – teman semasa SD itu masih buka. Aku sering memanggil pemilik warung itu dengan sebutan ‘Abang Rana’. Aku ingat saat dulu, bang Rana masih bujangan dan belum menikah. Tak ada salahnya jika aku mengunjungi warung itu lagi, sambil membeli air mineral.

“Hai, bang Rana! Masih inget aku gak, nih?”. Sapaku pada bang Rana tang sedang menjaga warung.
Bang Rana terlihat sedang berfikir mengingat – ingat wajahku.

“Ah, si abang! Masa lupa? Keluaran SD tahun 2002 nih, bang!”. Seruku. “Si anak bawang.”. ku ucapkan panggilanku saat dulu. Bang Rana terlihat kaget dan melotot ke arahku.
 “Oh, ini neng Fitri?!”. Ucap bang Rana dengan kagetnya.
“Nah! Iya, bang!”.
“Ya ampun! Sekarang udah gede, yah! Udah cantik lagi!”.
“Si abang bisa aja!”.
“Iya bener, neng!”. Kata bang Rana sambil menepuk bahuku. “Sekarang udah sekolah dimana? Atau udah kerja?”.
“Baru tamat Sudy di Mesir, bang.”.
“Wah! Yang bener, nih?! Hebat dong, udah bisa keluar negri!”.
“Alhamdulillah, bang!”. Aku dan bang Rana tertawa – tertawa kecil. “Si abang udah nikah belum?”. Tanyaku.
“Udah dong, neng! Malah udah lama. Udah hampir mau Sembilan tahun.”.
“Wah, selamat yah, bang!”.
“Iya, neng. Ngomong – ngomong, neng Fitri mau kemana?”.
“Mau ke sekolah SD, bang.”.
“Oh.. Mau ngapain, neng?”.
“Mau berkunjung aja, bang. Udah lama gak kesini.”.
“Hmm.. Kangen yah, neng?”.
“Hehe.. Iya, bang. Oh iya, beli air mineralnya satu yah bang.”. Ku ambil air mineral yang tersedia berjejer. “Nih, uangnya, bang.”. ku berikan uang pas. Kebetulan aku mengetahui harga air mineral itu.
“Iya, neng. Makasih ya!”. Jawab bang Rana sambil mengambil uang dariku.
“Aku ke sekolah dulu ya, bang.”.
“Iya, neng.”.
Segera ku berjalan menuju ke sekolah. Ke telusuri jalan – jalan kecil yang berarah ke samping sekolah. Aku malas jika harus lewat jalan raya. Aku kaget saat melihat rumah Maul yang sudah kosong dan hancur. Semprotan pilok – pilok yang membentuk coretan identitas angka itu melekat di sekeliling tembok. Jendela kacanya sudah pecah seluruhnya. Sungguh terlihat menyeramkan. Sangat – sangat berbeda dengan rumah Maul yang dulu.

Lahan di samping kanan sekolah yang dulu berupa hutan, kuni berubah menjadi gedung bertingkat. Seingatku, aku sering masuk ke hutan itu untuk mengambil bola voli yang nyasar dari sekolahku, dulu. Banyak gosip yang beredar juga kalau banyak hantu di hutan itu. HAHA.. gosip lalu..

Satu per satu tempat yang memberi banyak kesan itu sudah berubah. Gerbang sekolahku yang dulu hanya berupa puing kayu, kini telah menjadi pagar besi yang tinggi. Sekolah yang dulu bercat hijau itu, kini berubah menjadi cat abu – abu. Terlihat lebih modern.

Sekolah ini terasa sepi. Berbeda dengan keadaan ketika aku masih sekolah. Dulu, jika hari libur tiba, sekolah selalu ramai, banyak teman – teman yang bermain bola voli. Alasan mereka berlibur di sekolah karena tak mengisi waktu libur dengan berkunjung ke suatu tempat pariwisata. Namun, bermain voli bersama teman – teman juga tidak kalah serunya.

Ku buka gerbang sekolah yang tidak terkunci dan masuk kedalamnya. Suasananya terasa sejuk. Banyak tanaman hijau yang berdiri disekeliling lapangan. Ku lihat kelas – kelas yang berada dalam keadaan kosong itu. Kini fasilitas di kelasnya sudah bagus dan lengkap. Ku berjalan menuju tempat duduk di depan salah satu kelas, dan duduk termenung memandang sekeliling sekolahku. Sepi dan sunyi terasa. Dedaunan berjatuhan dari pohon besar di ujung sekolah. Aku tak melihat satu orang pun di sini. Aku jadi teringat kembali pada Mang Opik, penjaga sekolahku saat dulu. Aku tak tahu apakah dia masih bekerja disini atau tidak. Keakraban aku dan teman – teman pada mang Opik sangat sangatlah seru. Bercanda tawa bersama, sampai bermain voli bersama dengan mang Opik. Masa – masa indah :-)

Terlihat ada banyak orang yang datang ke sekolah. Mereka saling tepuk bahu dan tertawa – tawa. Namun mereka seakan berhenti tertawa saat melihat aku yang duduk sendiri. Aku hanya memberikan senyumanku. Namun aku merasa pernah bertemu dengan orang – orang itu. Lalu mereka mendekat ke arahku.

“Ini alumni bukan?”. Tanya salah seorang diantara mereka.
“Iya. Alumni tahun 2002.”. jawabku.
Tiba – tiba orang itu berteriak memanggil teman – temannya yang lain.
“Hei! Ini ada alumni tahun 2002!”.
Orang – orang yang sedang berkumpul di dekat gerbang itu langsung berlarian ke dekatku.
“Namanya siapa? Kita kan juga alumni tahun 2002.”. kata seorang cowok yang berpostur tubuh tinggi.
Aku kaget ketika mereka berkata kalau mereka juga alumni tahun 2002. Itu berarti mereka adalah teman – teman semasa SD ku dahulu.
“Aku Fitri. Masih ingatkah kalian?”.
“Hah?! Fitri cabi?!”.
“Iya!”. Jawabku dengan tersenyum ceria bisa berjumpa lagi dengan mereka. 

Sungguh aku tak mengenali wajah - wajah manis mereka. Satu per satu dari mereka memelukku dan berkata kalau aku berubah sangat drastis. Ternyata hari ini adalah hari reuni alumni angkatan 2002. Sungguh suatu kebetulan yang menggembirakan. Teman – temanku yang dulu itu masih lengkap.
Kami berbagi pengalaman kali ini. Aku sangat senang mendengar mereka semua sudah sukses. Ada yang sudah menikah, ada pula yang masih berpacaran, bahkan masih ada yang single. Ada yang sudah menjadi guru, dokter, insinyur, perawat, pengusaha, dll. Mereka semua tampak bahagia. Sungguh aku tak mengira mereka akan mengadakan reuni seperti ini.
Setelah itu, kami masih berlanjut dengan mengingat – ingat peristiwa indah dan sedih di masa lalu, saat kami bersama. Sayangnya, guru – guru yang dulu mengajar, kini banyak yang sudah pindah, berhenti, dan pensiun. Tak tersisa lagi guru yang mengenali sosok kami semua yang terkenal heboh dan kompak.
Melihat ada bola voli menganggur, kami pun bermain voli bersama lagi seperti waktu dulu. Masa indah yang terulang kembali. Tak menyesal aku sudah menunggu lama disini. Meski awalnya aku sendirian, namun akhirnya ada pertemuan dengan orang – orang yang aku harapkan. Ku abadikan peristiwa berkesan ini dengan berfoto bersama. Sungguh tak akan terlupakan.



URL : http://mimorbombom.blogspot.com/2013/03/perjalanan-ke-sekolah-lama.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar